Senin, 27 Agustus 2007

Jooke's Flup...!




Balada Si Butet


Butet menghadapi ujian semester. Agar bias berkonsentrasi, dia memutuskan untuk menyepi ke
villanya di Puncak. Setelah keluar dari jalan tol Jagorawi, Butet merasa lapar sehingga memutuskan untuk mampir di Pasaribu Cipanas. Beberapa pemuda tanggung langsung Hutasoit-soit melihat Butet yang seksi itu. Tapi Butet tidak peduli, dia jalan Sitorus memasuki rumah makan tanpa menanggapi.


Naibaho ikan gurame yang dibakar dengan Batubara
membuatnya semakin berselera. Apalagi diberi sambal terasi dan Nababan yang hijau segar. Setelah mengisi perut, Butet melanjutkan perjalanan. Ternyata jalan ke sana berbukit-bukit. Kadang Nainggolan, kadang Manurung. Di tepi jalan dilihatnya banyak Pohan. Kebanyakan
Pohan Tanjung. Beberapa di antaranya ada yang Simatupang diterjang badai semalam.
Begitu sampai di villa, Butet membuka pintu mobil. Siregar sekali hawanya, berbeda dengan Jakarta yang Panggabean.


Hembusan Perangin-angin pun sepoi-sepoi menyejukkan. Sejauh Simarmata memandang, warna hijau semuanya. Tidak ada tanah yang Girsang. Mulanya Butet ingin
berenang. Tetapi yang ditemukannya hanyalah bekas kolam renang yang akan di-Hutauruk dengan Tambunan tanah. Akhirnya, dia memutuskan untuk berjalan-jalan di kebun teh saja.
Sedang asik-asiknya menikmati keindahan alam, tiba-tiba dia dikejutkan oleh seekor ular yang
sangat besar. "Sinaga!" teriaknya ketakutan sambil lari Sitanggang-langgang.
Celakanya, dia malah terpeleset dari Tobing sehingga bibirnya Sihombing.


Karuan Butet menangis Marpaung-paung lantaran kesakitan.
Tetapi dia lantas ingat, bahwa sebagai orang Batak pantang untuk menangis.
Dia harus Togar. Maka, dengan menguat-nguatkan diri, dia pergi ke puskesmas setempat untuk melakukan Panjaitan terhadap bibirnya.


Mantri puskesmas tergopoh-gopoh Simangunsong di pintu untuk menolongnya.
"Hm, ongkosnya Pangaribuan" kata sang mantri setelah memeriksa sejenak. "Itu terlalu mahal. Bagaimana kalauNapitupulu saja?" tawar si Butet. "Napitupulu
terlalu murah. Pandapotan saya kan kecil". ; "Jangan begitulah. Masa' tidak Siahaan melihat bibir
saya begini?" "Baiklah, tapi pakai jarum yang Sitompul saja" sahut
sang mantri agak kesal. "Cepatlah! Aku sudah hampir Munthe. Saragih sedikit
tidak apa-apalah". Malamnya, ketika sedang asik-asiknya belajar sambil
makan kue Lubis kegemarannya, sayup-sayup dia mendengar lolongan
Rajagukguk.



Dia Bonar-Bonar ketakutan. Apalagi ketika mendengar suara di pintunya berbunyi Poltak!" keras sekali. "Ada Situmorang?" tanya Butet sambil
memegang stik Gultom erat-erat untuk menghadapi Sagala kemungkinan.
Terdengar suara pelan, "Situmeang". "Sialan, cuma kucing..." desahnya lega. Dia sudah sempat berpikir yang ; Silaen-laen. Selesai belajar, Butet menyalakan televisi. Ternyata
ada siaran Discovery Channel yang menampilkan Hutabarat Amazon serta
Simamora, gajah Purba yang berbulu lebat.


Saat commercial break, muncul Gus Dur yang terkenal dengan seruannya, "Simanjuntak gentar, Sinambela yang benar!" Keesokan harinya, Butet kembali ke Jakarta dan
langsung pergi ke kampus.


Di depan ruang ujian dia membaca tulisan: "Harahap
tenang! Ada ujian." Butet bergumam, "Aku kan Marpaung. Boleh ribut dong".

Tidak ada komentar: